Di Ruang Bercat Hijau Itu Kutemukan Cintaku

Dulu aku menyangka, kalau aku selamanya tidak akan pernah merasakan yang namanya dicintai oleh wanita apalagi di usiaku yang sudah menuju ke Angka 30. Aku lahir dari keluarga yang tidak begitu kaya, bapakku hanyalah seorang ahli elektronik kecil tamatan SR (Sekolah Rakjat), jenius tetapi karena tergilas oleh roda zaman usaha bapakku meredup. Ibukku juga hanya memiliki usaha penggilingan tepung di Gulon. Sayang, keduanya telah meninggal dunia. Sepeninggal mereka berdua aku sudah tidak lagi memiliki tujuan hidup di Indonesia. Tiap sudut ruangan adalah kenangan, rasanya perih tersayat. Aku masih ingat disudut ruangan itu, yang hanya disekat oleh triplek ala kadarnya, ibukku terakhir kali menyebut namaku. Aku masih ingat disudut ruang yang lain Ayakku terakhir kali menyebut namaku. Buat apa aku hidup lagi dalam kesedihan, dalam kenangan tersayat dan tercabik seperti ini?

Pemandangan Rosendal, Norway

Keputusanku sudah bulat saat itu, aku dan adikku sama-sama memutuskan untuk pergi keluar negeri. Alhamdulillah di waktu pandemi kami memiliki rezeki berlebih, sehingga kami bisa membeli cabin, semacam rumah yang terbuat dari kayu di dekat fyord di Rosendale, Norway. Niat kami hanya ingin berdamai dari perang ini, kami benar-benar sudah lelah, seluruh tangis, air mata, perjuangan mengais rupiah demi rupiah untuk bapak dan ibu kami, semua berakhir dengan kematian mereka berdua. Setiap detik penyesalan itu selalu ada.

Rosendal, Fjord

21 Hari setelah kematian ibu, tepatnya pada bulan Juni 2024, kami berdua, saya dan adek saya memutuskan untuk pergi mencari Visa dan membuat Paspor, alhamdulillah semua beres. Saya dan adek juga berjalan-jalan ke Semarang, untuk menyegarkan suasana batin kami. Jujur kami berdua begitu shock dengan apa yang terjadi terutama pada ibu.

Di Semarang kami berdiskusi dan sebenarnya kami berdua telah sepakat, Desember 2024 kami akan berangkat ke Norway. Alasannya karena pada Februari mereka sudah masuk ke Spring alias saya bisa memasukkan adek saya ke High Skole di Rosendale.

Aku juga putuskan saat itu, kalau aku akan hidup sendiri, merawat adek, jika mungkin adek mau menikah biarkan adek menikah, melanjutkan keturunan dari bapak, aku hanya ingin hidup sendiri, begitu pikirku saat itu.

Pesan via Telegram

Tanggal 22 Agustus 2024, seorang siswi yang saya kenal, walaupun tidak dekat menghubungi saya via telegram, mengeluhkan kalau dia tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, sudah kursus tetapi sama sekali tidak berpengaruh. Saya dengan senang hati menawarkan bantuan.

 Jujur pada waktu itu saya hanya ingin menawarkan bantuan sebatas konseling, kenapa? Karena kami berdua saya dan adek sudah membuat kesepakatan sebelumnya, bahwa tahun 2024 adalah tahun terakhir kami di Indonesia. Niat kami untuk segera berangkat ke Norway, meninggalkan semuanya dibelakang, sudah sangat bulat.

Dia datang ke tempat les pada tanggal 2 November 2024 dengan ibu dan adek perempuannya. Seperti biasa saya dirumah, menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan. Ketika datang ibunya mengatakan kalau anaknya ini kesulitan dalam memahami bahasa Inggris. Aku pikir saat itu sangat wajar, kenapa demikian? Eksposure Bahasa Inggris untuk anak-anak di SMAku memang sangat rendah, apalagi dengan budaya non-Inggris yang menggempur Indonesia. Sebuah hal yang lumrah. Yang paling menarik, entah kenapa pada pertemuan ini ada rasa lain. Rasa yang selama ini aku tidak pernah rasakan sebelumnya, Seperti damai, tapi juga campur aduk.

Singkat cerita topik pembicaraan kami beralih dari topik akademik ke topik non-akademik. Ibunya berbicara kalau dia sebenarnya mendapatkan UKT yang cukup tinggi. Saya tanya, kenapa? Ibunya mengatakan kalau dia tidak mau memberikan gaji net ayahnya, melainkan gaji gross ayahnya. Pada saat itu saya merasa tertampar, setiap kali saya melakukan pembimbingan saya selalu mengatakan, “Pakai saja gaji net, apa itu maksudnya, yaitu gaji dikurangi dengan pengeluaran rutin yang dilakukan oleh keluarga tersebut” Jadi nanti ketika sanggah tidak akan mempersulit saya sendiri untuk melobby pihak-pihak internal kampus.

Tapi perempuan ini tidak sama sekali menghiraukan, dia mengatakan bukan jadi hak nya untuk memasukkan gaji net kedalam Simaster, perintahnya adalah untuk memasukkan gaji grossnya. Dengan suara kontraltoya dia menjawab, “Ndak mas, ndak mau, saya mau jujur saja, lebih berkah”. Ibunya menimpali dengan mengatakan bahwa anak ini memang seperti itu tidak mau bohong soal masalah seperti ini.

Seketika ada yang mengatakan dalam benak saya, apa ini dia yang kutunggu selama 13 tahun? Aku sendiri mengenal persis, suara itu, suara yang datang dalam mimpiku 13 tahun yang lalu.

Sepulangnya dia dari les, aku biasa melaksanakan sholat dzuhur dirumah, perasaanku campur aduk, antara rasa percaya dan tidak percaya. Pada saat sujud aku panjatkan doa pada Allah, “Ya Allah, apakah ini benar? Aku tidak ingin perasaan ini hanya perasaan semu, Ya Allah, jika memang ini nyata maka dekatkanlah hamba-Mu ini dengan dia, buatlah dia tentram setiap kali datang ke rumahku, tapi jika memang ini adalah perasaan yang semu, jauhkanlah, jangan sampai dia datang lagi ke rumahku”

Jujur aku menunggu, ternyata dia benar-benar datang dan Les rutin di tempatku. Entah kenapa, setiap kali aku dengan suaranya aku jadi semangat. Lelah ini tidak terasa, deraian air mata yang dulunya aku curahkan karena ibu meninggalkanku hilang.

Setelah beberapa Minggu saya mengajari dia Les, saya mulai mencoba melakukan tes, secara psikologis. Mulai dari candaan ringan, masalah serius, dan jujur saja ketika dia membicarakan teman laki-lakinya terutama si playboy itu saya merasa cemburu. Aneh, tapi memang itu adanya.

Seperti lirik pada lagu Nuansa Bening,

Oh tiada yang hebat dan mempesona
Ketika kau lewat di hadapanku
Biasa saja
Waktu perkenalan lewatlah sudah
Ada yang menarik pancaran diri
Terus mengganggu
Mendengar cerita sehari-hari
Yang wajar tapi tetap mengasyikkan

Kini terasa sungguh
Semakin engkau jauh
Semakin terasa dekat
Akan kukembangkan
Kasih yang kau tanam

Di dalam hatiku

Dalam beberapa kesempatan, aku selalu memberikan clue pada dia, kalau aku sebenarnya sudah jatuh cinta pada dia sejak pertama kali bertemu di tempat les. Aku selalu bilang pada dia, kalau dia tidak peka. Mungkin seperti itu atau memang aku sendiri tidak sadar kalau dia menyembunyikan sesuatu juga.

Aku tidak paham, tidak mengerti, tapi ada satu hal yang terlintas di pikiranku ” BODOH kamu Balya, BODOH, kalau kamu menyianyiakan dia, menyianyiakan kesempatan ini”

Beberapa minggu kemudian, aku bilang ke adekku, “Nok, nek semisal kowe duwe kakak ipar DIA kamu gimana?”. Adekku menjawab “Piye maksude?”.

“Ketoke aku seneng karo dewekke nok,” Jawabku.

“Yoh nek kowe seneng, aku yo melu seneng, nek aku yo cocok wae” jawab adekku.

Berikutnya aku menjelaskan ke adek, kalau rencana awal kita akan pergi ke Norway dibatalkan. Adekku alhamdulillahnya mengiyakan. Aku tahu sebenarnya rencana ini adalah pelarianku dari segala masalah yang telah aku lalui, sebuah pelarian, bukan sebuah tujuan hidup yang pasti.

Liburan jeda semester datang, baik aku dan dia memang sedang berlibur. Pekerjaanku sebagai DTT tidaklah padat, lagipula program pembimbingan memang sudah selesai. Dengan segala risiko yang aku miliki, aku meminta izin ke ibunya untuk pergi ke Ketep Pass. Aku harus segera mengungkapkan cintaku padanya, kenapa demikian? Aku cuma takut TELAT, aku takut dia direbut orang atau hilang, jika itu terjadi mungkin aku akan jadi manusia TERBODOH di dunia. Sebenarnya ada dua strategi, tetapi, aku agak ragu dengan strategi frontal, karena aku belum bisa menyimpulkan saat itu dia suka denganku atau tidak. Akhirnya aku membuat sebuah metode yaitu menggunakan teka-teki. Aku tahu dia sangat menyukai tantangan yang berupa teka-teki. Ketika di Ketep Pass, aku bilang sama dia,

“Nanti aku berikan teka teki di sebuah gambar jpeg, di dalamnya ada pesanku, tapi aku mohon sama kamu agar tidak berubah sikap setelah ini atau bahkan membeciku” kataku padanya saat itu.

Diluar dugaan dia mengiyakan, dan tampak penasaran dengan teka-tekiku.

Sebenarnya teka-tekiku ini berisi pesan yang mengungkapkan perasaanku padanya, pesan ini di embed didalam picture.jpeg menggunakan software yang bernama outguess. Yang sering kita kenal dengan istilah steganography. Didalamnya ada pesan kalau aku sayang dengan dia.

Awalnya dia bingung, tapi sebenarnya aku sudah memberitahukan cluenya right in front of her eyes.

 Aku pergi ke Kedung Kayang tanpa perencanaan sebenarnya. Jujur ada masalah dengan kesehatanku, dan aku sendiri baru keluar dari RS Sardjito beberapa waktu yang lalu karena anxiety attack. Tapi tetap aku paksakan untuk turun ke Kedung Kayang. Aku cuma berpikir satu hal, “Aku hanya ingin lihat dia tersenyum bahagia, mendapatkan pengetahuan baru, dunia yang baru”

Naas, setelah dari Kedung Kayang aku jatuh sakit. Dokter mendiagnosaku dengan 2 penyakit sekaligus. Chikungunya dan Stomach Distress. Ya lucunya yang diagnosa kedua karena aku sebelumnya membeli duren untuk dia dan aku makan bareng. Aku paling gak boleh makan duren karena menghilangkan mukosa dalam lambungku. Ketika aku makan ibuprofen karena demam tinggiku, perutku collapse.

Dia menjengukku tiap hari, saat aku berbaring lemas didekat komputerku, dia selalu ada. Aku merasa sangat bahagia saat itu, walaupun aku sendiri belum tahu dia bisa menebak teka-tekiku atau tidak.

Beberapa hari berselang aku sudah sembuh. Aku sendiri masih penasaran, benarkah dia menebak teka-tekiku? Aku hanya bisa menduga kalau dia berhasil menebaknya. Tapi dia masih menyembunyikannya.

Singkat cerita rasa penasaranku menjadi-jadi, bagaimana kalau dia aku ajak jalan-jalan ke wilayah Selo. Meneruskan perjalanan dari Kedung Kayang kemarin. Sebenarnya sudah banyak WA yang dia kirimkan ke aku, tetapi semuanya masih inkonklusif. Belum bisa disimpulkan.

Aku memutuskan untuk mengajaknya pergi ke Selo saat itu bersama adekku dan kita berhenti di sebuah warung yang langsung menghadap ke kaki merbabu. Saat itu aku bertanya pada dia, karena WA yang dia kirimkan selalu inkonlusif. Aku hanya ingin satu jawaban. Dia beneran suka denganku atau tidak? Dengan sedikit pengetahuanku mengenai dunia psikologi, aku memberanikan diri bertanya:

***, jika misal suatu saat nanti aku jalan dengan perempuan selain kamu, terus aku posting di Status WA, apa kamu rela? Kalau aku sendiri tidak rela kamu jalan dengan laki-laki selain aku, terus aku lihat itu di Status WAku.

Aku tunggu jawabannya dia, sangat lama, butuh aku mengulangi pertanyaanku sampai 3 kali. dan aku tambahkan.

Jika kamu tidak rela, ***, aku pasti bakal seriusin kamu.

“Yakin?” katanya

Aku ulangi lagi pertanyaannya, “Kamu RELA atau TIDAK?”,

Dengan sedikit nada berteriak, dia bilang “NDAK!, NDAK RELA!” .

Sekarang aku mengerti, dia juga suka denganku, cinta denganku. Sejak saat itu aku berjanji pada diriku sendiri, sepertinya aku memiliki tujuan hidup lagi di Indonesia, aku ingin bersama dia, menemani dia, tua bersama, tertawa bersama, mengarungi kehidupan bersama. Aku tidak lagi sendiri.

Terimakasih Ya Allah, sudah engkau pertemukan aku dengan dia, tidak akan aku sia-siakan pertemuan ini. Aku akan selalu setia dengan dia sampai kapanpun.

5 3 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

You cannot copy content of this page

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x